Sunday, April 10, 2016

Sepasang Kaktus

Minggu pagi ini terasa lebih dingin dari biasanya
Hujan deras yg membasahi tanah sejak pagi
Membuatku tak beranjak dari kasurku

Sepetak kamar yg sunyi
Kini kian melembab karna dinginnya hari
Aromanya yg khas menusuk indra penciumanku.

Mulut ku yang selalu bersuara
Kini susah untuk berucap
Rahangku kian membeku

Aku hanya bisa membalasnya
Dengan senyum simpulku
Yang kian hari semakin memudar

Sepasang pohon kaktus yang kubeli kemarin
Nampaknya semakin tumbuh besar
Sama seperti cintaku padanya.

Rasanya aku cemburu
Namun aku tak pantas untuk cemburu
Karna aku sadar diriku bukanlah yg ada dihatinya

Wujudnya ada tepat didepanku
Namun takkan mungkin ku gapai
Ku tau itu.

 

Wednesday, February 03, 2016

Pertemuan Singkat

Suatu hari aku pernah betemu dengan seseorang di tengah perjalananku, aku banyak belajar dari kisah yang ia sampaikan kepadaku. Sosoknya memang tidak terlalu terbuka, namun seiring perjalanan ia mulai bercerita banyak. Hidupnya yang keras karna perihnya kehidupan, membuatnya terlihat lebih tegar dari siapapun. Walaupun ia mencoba menutupinya, aroma luka terhirup disetiap senyum simpulnya. Akupun hanya bisa tersenyum dan tak jarang aku mengutuk diriku yang jarang bersyukur.

Kusutnya untaian kehidupan membuatnya lupa akan rasa lelah. Mungkin bukan lupa, ia hanya pandai menutupi rasa lelah yang sebenarnya sudah menjalar ke seluruh bagian tubuhnya, berbeda denganku yang selalu mengeluh.

Sejenak kami beristirahat di sebuah taman bunga, menikmati semilir angin yang membawa daun daun kering. Secangkir kopi yang baru saja di beli menemani perbicangan kami. Tak perlu mahal, hanya kopi sachet yang diseduh di gelas plastik berukuran kecil. Hidupnya yang sederhana terlihat lebih bahagia, seakan tak ada beban yang menopang. Setelah puas beristirahat dan menikmati sekitar, kami pun melanjutkan perjalanan.

Yang paling menarik adalah hampir disepanjang perjalanan, ia menceritakan padaku bagaimana ia mencintai seseorang dengan tulusnya, aku merasakan ketulusan di setiap bait kata yang ia rangkai dengan indahnya, dapat kurasakan pula hatinya yang lembut berbalut kasih sayang yang luar biasa besarnya. Walau terkadang ia terlihat tidak peduli dengan sekitarnya, aku yakin itu hanya salah satu cara untuk mengobati lukanya.

Perbincangan kami terhenti di tengah persimpangan, ternyata ia harus melanjutkan perjalanan di arah yang berbeda, walaupun rasanya aku belum puas mendengar ceritanya. Diujung pertemuan singkat ini, iya tersenyum hangat dan berkata,

“selamat tinggal”

Lalu ia membalikkan badannya dan berjalan menjauh, aku masi mematung dipersimpangan ini, melihat raganya yg perlahan memudar ditelan kabut. Bahkan aku tak sempat mengucapkan terimakasih atas kisah yang telah ia ceritakan kepadaku.

Kini aku kembali melanjutkan perjalananku, berharap di sebuah persimpangan berikutnya kami dapat bertemu kembali dengan kisahnya yang luar biasa, walaupun ia telah mengucapkan selamat tinggal.



Thursday, November 19, 2015

Cinta Sendiri

Aku ingin mejamkan mata
Bersama gelapnya malam
Tanpa bintang yang menerangi
Hanya ada aku
Dan sebuah kenangan
Yang selalu kuputar
Layaknya sebuah film

Bisu
Tanpa suara
Hanya terdengar tarikan nafas
Yang semakin lama semakin sulit
Sesak di dada
Yang kian mencekik
Membuatku terdiam

Hingga sebutir air mata
Yang keluar bersama rasa sakit
Aku berharap hari ini cepat berlalu
Membawanya terbang
Bersama luka
Yang kian mengering

Aku bukan marah
Aku bukan menyalahkan
Aku bukan membenci
Aku hanya ingin bertanya
inikah rasanya

Cinta Sendiri…


Good Bye

Sahabat
Terimakasih atas waktumu
Terimakasih atas senyummu
Terimakasih atas candamu
Terimakasih atas tawamu
Terimakasih atas semua yg telah kau berikan kepadaku
Mengapa kini kau pergi menjauh?
Mengapa kini kau meninggalkan aku
Mengapa?
Aku disini sendiri
Tak ada yg mendengar celotahanku lagi
Tak ada yg mendenger tangisku lagi
Tak ada yg selalu berada disampingku lagi
Aku ingin berteriak “Jangan pergi tetaplah disampingku”
Tapi jangankan berteriak
Untuk melihatmu saja aku sudah tak bisa
Aku hanya bisa melihat bayangmu
Bayangmu yang pernah ada disampingku
Kuatkah aku?
Kuatkah aku tanpa kau disampingku

Sahabatku


Wednesday, January 30, 2013

Friendship


Terima kasih untuk kalian, atas waktu dan kesempatan yang tak ternilai harganya. Walau terkadang kesal itu berada di antara kita, itulah yang membuat kita akan mengingat satu sama lain. Alangkah indahnya bukan? Itulah namanya pertemanan

Ingatlah dibenak kalian fase pertemanan ini, fase dimana kita tak saling mengenal, fase dimana kita mulai mengenal satu sama lain, hingga dimana kita mungkin sulit untuk bertemu kembali, jangan pernah lupakan fase fase itu.

Aku mungkin bukan yang menjadi terbaik, atau malah akulah yang terburuk. Tapi terimakasih untuk kalian yang menjadi yang terbaik. Maaf jika aku tidak menjadi orang yang baik untuk kalian, tapi setidaknya selama ini aku sudah berusaha menjadi yang baik walau terkadang  hasilnya nihil.

Jika ada diantara kita akan terpisah, maafkanlah aku yang tak sempurna ini. Semoga dimasa mendatang kita bisa saling berjumpa kembali, dengan cita cita dan harapan yang kita telah kita raih.