Thursday, August 28, 2025

Nemophila

Nemophila Seeds, Baby Blue Eyes | American Meadows

Satu per satu, gugur kembali kelopak itu,

Kemarau pun tiba rupanya,

bunga yang sempat mekar indah

telah sampai di ujung kisahnya.


Sakit, rupanya,

menyaksikan kelopak itu berjatuhan,

meninggalkan tangkainya perlahan,

hingga yang tersisa hanya batang

yang kian menguning dalam sepi.


Kini aku sadar,

wanginya perlahan memudar.

Namun ingatan masih menyimpan,

betapa harum, betapa indah,

betapa bahagia kala itu.


Biarlah…

tangkai itu tak lagi sanggup

memeluk kelopaknya.

Mungkin memang sudah saatnya ia melepaskan,

sebab segala yang indah

punya masanya untuk pergi.


Setidaknya,

pernah ada cerita tentangnya,

wanginya pernah dinikmati,

mekarnya pernah dikagumi, keindahannya,

yang pernah menjadi bagian dari duniaku.

Thursday, August 06, 2020

Akhir dan awal

Heii..

Aku rindu..


Aku rindu saat pertama melihatmu, Aku rindu senyum manismu, aku rindu tingkah lakumu yang kadang menyebalkan tapi membuatku tertawa, aku rindu bagaimana kau memandangku, aku rindu bagaimana kau mencari waktu hanya untuk sekedar mengobrol sebentar diantara kesibukan, aku rindu bagaimana kau hadir dengan segala keajaiban yang kau miliki.


Aku banyak belajar

Padamu...


Bagaimana aku harus menyayangi seseorang apa adanya, bagaimana aku harus menjadi supporter nomer satu tanpa ikut campur dan berkomentar terlalu dalam, bagaimana aku percaya dengen pilihan hidup seseorang, bagaimana aku punya mimpi yang harus aku wujudkan


Maafkan aku

Maaf...


Maaf aku masi mencari tahu, padahal aku tak ingin, maaf aku masi menunggu padahal aku tahu kutak seharusnya menunggu, maafkan aku pernah singgah, bahkan bersandar kepadamu, maafkan aku yang mengagumimu, maafkan aku yang terlanjur menyayangimu, maafkan aku yang terlanjur hidup padamu


Aku bodoh

Sungguh...


Aku menyesal pernah menolak beberapa pemberianmu, karna saat ini aku tak punya apa apa untuk hanya sekedar kupegang, dan bodohnya aku tak pernah sedetik pun mengajak mengabadikan momen bersama


Tak apa, pergilah

Tak apa...


Tangisku pecah malam ini, bersama jutaaan kenangan aku menulis ini, ditempat ini kukembali mengingat hal indah yang membuatku tersenyum, aku tau mungkin kenangan itu tak akan ada lagi, tapi kuingin semuanya menjadi kenangan indah yang selalu kuingat


Maaf pula jika aku larut dalam kesedihan, biarkan aku berhenti sejenak disini, biarkan aku membayangkan ada senyummu sambil memegang sendok, biarkan aku merasakan sakit ini, agar takkan lagi kurasa sakit dihari esok, sampai aku bisa kembali melangkah


Aku ingin mengucap

Terimakasih...


Untuk yang selalu menerima semua kekuranganku, untuk tidak banyak menuntut, untuk tidak banyak meminta, untuk semua hal indah, untuk ada saat aku sedih, untuk menjadi suppoter nomer 1 yang pernah kumiliki, untuk menjadi orang yang selalu ada diantara ketiadaan, untuk menjadi orang yang selalu menegur kalau aku berlaku bodoh, untuk yang selalu ingin aku sehat, untuk yang selalu menyempatkan waktunya, untuk semua sayang yang pernah ku dapati, untuk semua pengalaman yang takkan mungkin kutemukan lagi,


Semoga ini menjadi akhir dan menjadi awal yang baik untuk semuanya.


Berjanjilah. Aku menyayangimu



Sunday, April 10, 2016

Sepasang Kaktus

Minggu pagi ini terasa lebih dingin dari biasanya
Hujan deras yg membasahi tanah sejak pagi
Membuatku tak beranjak dari kasurku

Sepetak kamar yg sunyi
Kini kian melembab karna dinginnya hari
Aromanya yg khas menusuk indra penciumanku.

Mulut ku yang selalu bersuara
Kini susah untuk berucap
Rahangku kian membeku

Aku hanya bisa membalasnya
Dengan senyum simpulku
Yang kian hari semakin memudar

Sepasang pohon kaktus yang kubeli kemarin
Nampaknya semakin tumbuh besar
Sama seperti cintaku padanya.

Rasanya aku cemburu
Namun aku tak pantas untuk cemburu
Karna aku sadar diriku bukanlah yg ada dihatinya

Wujudnya ada tepat didepanku
Namun takkan mungkin ku gapai
Ku tau itu.

 

Wednesday, February 03, 2016

Pertemuan Singkat

Suatu hari aku pernah betemu dengan seseorang di tengah perjalananku, aku banyak belajar dari kisah yang ia sampaikan kepadaku. Sosoknya memang tidak terlalu terbuka, namun seiring perjalanan ia mulai bercerita banyak. Hidupnya yang keras karna perihnya kehidupan, membuatnya terlihat lebih tegar dari siapapun. Walaupun ia mencoba menutupinya, aroma luka terhirup disetiap senyum simpulnya. Akupun hanya bisa tersenyum dan tak jarang aku mengutuk diriku yang jarang bersyukur.

Kusutnya untaian kehidupan membuatnya lupa akan rasa lelah. Mungkin bukan lupa, ia hanya pandai menutupi rasa lelah yang sebenarnya sudah menjalar ke seluruh bagian tubuhnya, berbeda denganku yang selalu mengeluh.

Sejenak kami beristirahat di sebuah taman bunga, menikmati semilir angin yang membawa daun daun kering. Secangkir kopi yang baru saja di beli menemani perbicangan kami. Tak perlu mahal, hanya kopi sachet yang diseduh di gelas plastik berukuran kecil. Hidupnya yang sederhana terlihat lebih bahagia, seakan tak ada beban yang menopang. Setelah puas beristirahat dan menikmati sekitar, kami pun melanjutkan perjalanan.

Yang paling menarik adalah hampir disepanjang perjalanan, ia menceritakan padaku bagaimana ia mencintai seseorang dengan tulusnya, aku merasakan ketulusan di setiap bait kata yang ia rangkai dengan indahnya, dapat kurasakan pula hatinya yang lembut berbalut kasih sayang yang luar biasa besarnya. Walau terkadang ia terlihat tidak peduli dengan sekitarnya, aku yakin itu hanya salah satu cara untuk mengobati lukanya.

Perbincangan kami terhenti di tengah persimpangan, ternyata ia harus melanjutkan perjalanan di arah yang berbeda, walaupun rasanya aku belum puas mendengar ceritanya. Diujung pertemuan singkat ini, iya tersenyum hangat dan berkata,

“selamat tinggal”

Lalu ia membalikkan badannya dan berjalan menjauh, aku masi mematung dipersimpangan ini, melihat raganya yg perlahan memudar ditelan kabut. Bahkan aku tak sempat mengucapkan terimakasih atas kisah yang telah ia ceritakan kepadaku.

Kini aku kembali melanjutkan perjalananku, berharap di sebuah persimpangan berikutnya kami dapat bertemu kembali dengan kisahnya yang luar biasa, walaupun ia telah mengucapkan selamat tinggal.



Thursday, November 19, 2015

Cinta Sendiri

Aku ingin mejamkan mata
Bersama gelapnya malam
Tanpa bintang yang menerangi
Hanya ada aku
Dan sebuah kenangan
Yang selalu kuputar
Layaknya sebuah film

Bisu
Tanpa suara
Hanya terdengar tarikan nafas
Yang semakin lama semakin sulit
Sesak di dada
Yang kian mencekik
Membuatku terdiam

Hingga sebutir air mata
Yang keluar bersama rasa sakit
Aku berharap hari ini cepat berlalu
Membawanya terbang
Bersama luka
Yang kian mengering

Aku bukan marah
Aku bukan menyalahkan
Aku bukan membenci
Aku hanya ingin bertanya
inikah rasanya

Cinta Sendiri…